2wear

2wear
edwin oktarino

Senin, 28 Januari 2013

DD"


MULTATULI

Ekde 1860, kiam Multatuli debutis per Max Havelaar, sia revolucia romano kontraŭ malbonstatoj ĉe la estraro de Nederlanda-Hindio (la tiama nomo de Indonezio), li precipe restis fama kiel verkisto de tiu unu libro. La granda sukceso de Max Havelaar povus funkcii kiel lumĵetilo kiu atentigu la legantojn pri la postaj libroj de Multatuli, sed ŝajnas kvazaŭ ankaŭ la inverso okazis: falis tiom de lumo sur la rakonto per kiu la verkisto establis sian nomon, ke la resto de lia verko ricevis malpli da atento.
Efektive en 1860, Multatuli tuj faris eksterordinare grandan impreson. En la Dua ĉambro klarigis pastoro d-ro Wolter Robert van Hoëvell (1812-1879), kiu jam multe pli frue pledis por reformoj en Indonezio, ke la romano venigis 'iun certan tremon' tra la lando. Oni ja demandas sin, ĉu la pastoro per ĉi tio ne troigis. La Havelaar finfine signifis gravan apogon de lia politiko, kaj aklamo por Multatuli signifis en iu senco ankaŭ aklamo por van Hoëvell. Nun, post pli ol cent jaroj estas malfacile kontroli precize kiom da homoj tremis, sed la faktoj jes indikas, ke la nomoj de la multatuli'aj ĉefpersonoj en mallonga tempo estis ĝenerale konataj, kaj de la gazetaro povis esti uzataj sen plia klarigo. Laŭ multatuli en Nederlando la Havelaar'oj estis primokitaj de la Slijmering'oj kaj de la Droogstoppel'oj (Salivuloj kaj Sekmensuloj). Ĉiu sciis kio estis Slijmering, nur pri la demando, kiu apartenis al tiu kategorio facile povis esti diferenco de opinio. En la Dua ĉambro venis tumulto, kiam oni insultis unu la alian reciproke per Droogstoppel.
Max Havelaar, unua eldono de 1860

Ke la tremoj de van Hoëvell preteriris al la plej granda parto de la loĝantaro, mi per ĉi tio ne volas kontesti. Sed ĉiu politika kaj literatura diskuto okazis, tiam ankoraŭ pli ol nun, en malgranda supra tavolo. Socialismo apenaŭ ekzistis en Nederlando kaj la socia demando, la problemo de la neglektita plimulto, estis ankoraŭ malkovrota.
La Havelaar estis grandega sukceso tiugrade ke la libro estis tuj agnoskita kiel granda literatura faritaĵo. Kaj krome multatuli sukcesis meti sub ĉies atento sian duoblan temon: la ekspluatado de la oficisto Eduard Douwes Dekker. Sed Registaro kaj Ĉambro ne plenumis tion por kio multatuli pledis. La verkisto spertis ĉi tion nur mallonge kiel sukcesa klopodo, sed finfine kiel embarasa malvenko. Tamen oni ja konsentis, ke lia libro en la sekvantaj jaroj influis la nederlandan kolonian estraron: nerekte, nepruveble, sed ankaŭ neneigebla. Estas la bildo de la juna registara oficisto kiu plene je belaj planoj migris al la Oriento, inspirita de la parolado al la estroj aŭ de la fino de la rakonto pri Saidjah. Pruvebla estas la vendosukceso de la romano, kiu estis presita en tiom da eldonoj, ke totala eldonkvanto ne estas kalkulebla. Krome, la nombro de tradukoj dum la lastaj jaroj denove plialtiĝis.
Per ĉi ĉio la verkaro de multatuli estis definitive ligita kun Hindio. Oni devas esti iom tolerema kiam vojaĝagentejoj rekomendas siajn aerklimatizitajn hejmsopirajn vojaĝetojn al Indonezio kiel Max Havelaar-vojaĝoj, sed tamen la kuplado en si mem estas tre komprenebla. efektive, La pledo por plibonigo de la indonezia situacio, kiun multatuli finfine opiniis grava por Nederlando mem (pri libereco de Indonezio oni ne aŭdis antaŭ la ŝanĝiĝo de la jarcento) formas unu el liaj plej gravaj temoj, ĉie ĉe li retrovebla. Nur: tio ne estas ĉio. Lia verkaro havas multe pli interesajn flankojn.

Kamis, 29 November 2012

Kamis, 08 November 2012

ASAL - USUL


SISI LEBAK


SEJARAH KABUPATEN LEBAK

 Sebagai bagian dari wilayah Kesultanan Banten, Kabupaten Lebak dengan luas Wilayah 304.472 Ha, sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Banten.
Pembagian Wilayah Kesultanan Banten Pada tanggal 19 Maret 1813, Kesultanan Banten dibagi 4 wilayah yaitu :

- Wilayah Banten Lor
- Wilayah Banten Kulon
- Wilayah Banten Tengah
- Wilayah Banten Kidul

Ibukota Wilayah Banten Kidul terletak di Cilangkahan dan pemerintahannya dipimpin oleh Bupati yang diangkat oleh Gubernur Jendral Inggris (RAFFLES) yaitu TUMENGGUNG SURADILAGA.

Pembagian Wilayah Keresidenan Banten

Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Nomor 1, Staatsblad Nomor 81 tahun 1828, Wilayah Keresidenan Banten dibagi menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu :
- Kabupaten Serang
- Kabupaten Caringin
- Kabupaten Lebak

Wilayah Kabupaten Lebak, berdasarkan pembagian diatas memiliki batas-batas yang meliputi District dan Onderdistrict yaitu :

a. District Sajira, yang terdiri dari Onderdistrict Ciangsa, Somang dan Onderdistrict Sajira,
b. District Lebak Parahiang, yang terdiri dari Onderdistrict Koncang dan Lebak Parahiang.
c. District Parungkujang, yang terdiri dari Onderdistrict Parungkujang dan Kosek,
d. District Madhoor (Madur) yang terdiri dari Onderdisrict Binuangeun, Sawarna dan Onderdistrict Madhoor (Madur).

Pemindahan Ibukota Kabupaten Lebak Pada tahun 1851, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, nomor 15 tanggal 17 Januari 1849, Ibukota Kabupaten Lebak yang saat itu berada di Warunggunung dipindahkan ke Rangkasbitung. Pelaksanaan pemindahannya secara resmi baru dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 1851.

Perubahan Wilayah Kabupaten Lebak Wilayah Kabupaten Lebak yang pada tahun 1828 memiliki District, dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 29 Oktober 1828, Staatsblad nomor 266 tahun 1828, diubah menjadi :

 - District Rangkasbitung (Onderdistrict Rangkasbitung, Kolelet Wetan, Warunggunung dan Onderdistrict Cikulur)
 - District Lebak (Onderdistrict Lebak, Muncang, Cilaki dan Cikeuyeup).
 - District Sajira (Onderdistrict Sajira, Saijah, Candi dan Maja).
 - District Parungkujang (Onderdistrict Parungkujang, Kumpay, Cileles dan Bojongmanik).
 - District Cilangkahan (Onderdistrict Cilangkahan, Cipalabuh, Cihara dan Bayah).


Tanggal 14 Agustus 1925
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 14 Agustus 1925, Staatsblad nomor 381 tahun 1925 Kabupaten Lebak menjadi daerah Pemerintahan yang berdiri sendiri dengan wilayah meliputi District Parungkujang, Rangkasbitung, Lebak dan Cilangkahan.

Tanggal 8 Agustus 1950
Undang-undang Nomor 14 tahun 1950 tentang Pembentukan daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat.

 

berfikir

Tak Ada Yang Abadi

2


Bung Karno Tiba di
Stasiun Rangksbitung

LIHAT MATAKU


Baheula
ingat kami 
Ingatlah akan perjuanganku,
Aku berusaha menoleh biar kalian tahu
Apa yang dulu kuperjuangkan demi kalian generasi penerus bangsa 


Kamis, 01 November 2012

roemahkoe

doeloe Rangkasbetoeng

ADIPATI KARTANATANEGARA (REGEN SEPUH)
KERESIDENAN RANGKASBETUNG
Karta Nata Negara was de regent van Lebak ten tijde van het bestuur van dit gebied door Assistent-resident Eduard Douwes Dekker. Onder het pseudoniem Multatuli vereeuwigde Dekker de knevelarijen van de resident die op zijn beurt door zijn talrijke familie werd uitgebuit in de Max Havelaar.

Raden Tumenggung (RT) Adipati Kartanata Nagara adalah Bupati Lebak kedua. Kartanata Nagara menjabat tahun 1830 hingga 1865. Sebelum menjadi bupati, pada 1829 Kartanata Nagara menjabat Demang di Jasinga, Kabupaten Bogor. Saat menjadi Demang, Kartanata Nagara mengalahkan pasukan Nyimas Gamparan yang menurut versi Pemerintah Hindia Belanda merupakan pengacau keamanan. Saat itu, pasukan Nyimas Gamparan mau masuk Lebak melalui jalur Cikande, Serang. Usaha Nyimas Gamparan berhasil dihadang oleh Kartanata Nagara.
Berawal dari keberhasilan mengalahkan Nyimas Gamparan akhirnya Pemerintah Hindia Belanda menganugerahi Kartanata untuk menjadi Bupati Lebak menggantikan Pangeran Senjaya di tahun 1830.
Menurut cerita dari keturunan ke lima Kartanata Nagara, Raden Sari Wulan Kartanata Nagara, yang ditemui Radar Banten, Selasa (19/8), di kediamannya, Kartanata adalah bupati pertama yang membuka Rangkasbitung menjadi wilayah permukiman. Agar pusat pemerintahan Lebak dekat dengan karesidenan Banten di Serang, Kartanata membangun pendopo di daerah setempat.
“Saat itu, Rangkasbitung adalah sebuah hutan belantara. Di tengah hutan belantara terdapat sekumpulan pohon bambu bitung liar dikelilingi rawa yang luas. Setelah daerah tersebut ditempati Kartanata Nagara, banyak warga yang turut bermukim di daerah tersebut,” ujar Sari Wulan yang menetap di Jalan Jalan Sunan Giri, Kampung Pasir Sukarayat, Kelurahaan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung.
Menurut Sari Wulan, Kartanata Nagara menaruh perhatian besar terhadap kehidupan rakyat. Saat melihat rakyat mengalami kesusahan, Kartanata Nagara segera membantu. “Yang saya tahu, buyut saya itu (Kartanata Nagara, red) sangat dekat dengan rakyat,” ujarnya.
Memasuki 1856 saat Kartanata Nagara masih menjadi bupati, Gubernur Jenderal Duymaer Van Twist menunjuk Edward Douwes Deker (Multatuli) sebagai Asisten Residen di Lebak. Menurut sumber yang didapatkan Radar Banten dari Iman Solehudin (cucu tiri) Raden Sari Wulan Kartanata Nagara, serta Hikmat Syadeli Budayawan Lebak, saat itu sempat terjadi kesalahpahaman antara Kartanata Nagara dan Multatuli.
Kesalahpahaman dipicu saat Bupati Kartanata Nagara kedatangan tamu Bupati Cianjur, Jawa Barat. Untuk menjamu tamu, Kartanata Nagara memerintahkan rakyat gotong royong membersihkan lingkungan pendopo dan jalan setapak yang akan dilalui rombongan Bupati Cianjur. “Perintah gotong royong diartikan oleh Multatuli sebagai kerja paksa. Akhirnya Kartanata Nagara dilaporkan ke Residen Brest Van Kempen. Namun tuduhan kerja paksa tidak terbukti sehingga Kartanata Nagara tidak disanksi,” kata Iman yang diamini Hikmat.
Lebak di bawah kepemimpinan Kartanata Nagara mengalami kemajuan. Meski sudah berbuat banyak untuk Lebak, namun nama Kartanata Nagara seperti dilupakan. (day/dilengkapi dari berbagai sumber)

Senin, 29 Oktober 2012

IHSAN

MENDEKATLAH KEPADA ALLAH

Allah dekat lebih dekat dari fikiranmu, karena Allah maha segalanya, arahkan penglihatanmu kepada Allah karena Allah maha melihat, jangan pernah bersembunyi dari Allah karena Allah Maha Mengetahui, Allahu Akbar

Rabu, 24 Oktober 2012

bien y tu my family

Mencintai Keluarga dengan mengabadikan image di lagu ini adalah suatu penghargaan kepada Istri dan Anak- anakku.........bien y tu my family